YOGYAKARTA – Laporan Akuntabel Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) perlu dilengkapi dengan balance scorecard (BSC) agar dapat memantau kemajuan usaha industri kecil dan menengah (IKM). Sebab Lakip selama ini hanya memantau tentang output bantuan pemerintah dan belum bisa memantau dampak dari pemberian bantuan.
Demikian dikatakan Elisa Kusrini, dosen Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta, Kamis (22/10/2015. Elisa Kusrini baru saja menyelesaikan studi S3 di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan berhasil lulus dengan predikat cumlaude.
Dalam desertasi berjudul ‘Model Pengukuran Kinerja yang Terintegrasi antara Pelaku Rantai Pasok dan Regulator’, Elisa mengungkapkan pengukuran kinerja supply chain (pelaku rantai pasok, distributor, retail, customer) dan regulator masih dilakukan sendiri-sendiri. Akibatnya masing-masing tidak dapat mengetahui tingkat efektivitas kinerjanya.
“Karena itu, dibutuhkan model pengukuran kinerja gabungan antara pelaku supply chain dan regulator yang lebih efisien dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model pengukuran kinerja terintegrasi antara pelaku supply chain dan regulator,” kata Elisa.
Dalam penelitian, Elisa menggunakan enam tahap untuk menguji balance scorecard dan Lakip dapat digunakan untuk mengukur kinerja supply chain dan regulator. Yaitu, identifikasi kebutuhan, identifikasi good criteria pengukuran kinerja, pengembangan pengukuran kinerja, validasi model, uji coba model pengukuran kinerja, evaluasi dan tindak lanjut.
Kesimpulan penelitian ini adalah perancangan model pengukuran kinerja yang terintegrasi antara pelaku supply chain dan regulator dapat dilakukan dengan mengintegrasikan model BSC-SCOR-Kontribusi regulator (model B-S-Rc) dengan model DEA. Perpaduan model ini menghasilkan model B-S-Rc-DEA. “Berdasarkan uji validitas menggunakan uji t-test dan triangulasi, model ini valid untuk mengukur kinerja pelaku supply chain dan peran regulator secara spesifik terhadap kinerja supply chain. Sehingga model ini cocok untuk diterapkan pada karateristik industri di mana peran regulator cukup signifikan,” katanya.
Berdasarkan hasil penelitian, kata Elisa, usulan strategi dan tindakan untuk pelaku supply chain dan regulator menghasilkan efisiensi sebesar 37,8 persen. “Sedang hasil perbandingan model, didapatkan model usulan lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan model yang ada sekarang,” ujarnya. ***