
YOGYAKARTA -- Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2017 diperkirakan tidak akan jauh berubah dari kinerja tahun 2016. Selama ini, pertumbuhan ekonomi DIY didorong berbagai sektor secara merata. Namun tahun 2017, sektor pariwisata merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi DIY.
“Itulah hasil seminar Jogja Economic and Business Outlook 2017,” kata Dr Zainal Mustofa El Qodri MM, Direktur Program Pascasarjana dan Muhammad Bekti Hendri Anto SE MSc, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta kepada wartawan Rabu (28/12/2016).
Seminar menampilkan pembicara Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY, Dr Fauzi Nugroho SE MM sebagai keynote speech, Prof Edy Suandi Hamid (guru besar FE UII), Dr Suwarsono Muhammad (pengamat FE UII), dan Ir Hawari N Tandjaja (pemilik kantor pemasaran Mandiri Prudential). Seminar digelar di Gedung Utama Kampus FE UII Depok, Sleman, Yogyakarta, Selasa (20/12/2016).
Lebih lanjut Zainal mengatakan tingkat inflasi tahun 2017 juga tidak jauh berbeda dengan tahun 2016 yang berkisar 3,09 - 3,35 persen. Beberapa tantangan domestik yang masih akan berpengaruh antara lain belum optimalnya pendapatan negara dari pajak.
Agar bisa lebih optimal, kata Zainal, sektor pariwisata harus berbenah, khususnya di bidang infrastruktur. “Untuk investasi di bidang infrastruktur memang mahal. Pemerintah tidak memiliki dana dan harus menggandeng swasta,” kata Zainal.
Sementara Muhammad Bekti Hendrie Anto mengatakan dirinya pernah melihat master plan pengembangan pariwisata di DIY. Namun master plan tersebut tidak pernah disosialisasikan kepada masyarakat sehingga pertumbuhan pariwisata di DIY bersifat sporadis.
“Pemerintah hendaknya mensosialisasikan master plan pengembangan pariwisata. Sehingga bisa terjalin kolaborasi antara pemerintah, masyarakat dan swasta. Jangan sampai masyarakat hanya sebagai tukang parkir saja,” kata Hendrie Anto.
Dijelaskan Anto, penerimaan total anggaran APBN 2016 terselamatkan tax amnesty. Namun tax amnesty tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, melainkan sebagai penghambat kemerosotan laju pertumbuhan ekonomi.
Penulis : Heri Purwata